Puisi?
Ya ketika mendengar kata “puisi” persepsi kita merujuk pada serangkaian bahasa-bahasa
indah tapi penuh makna. Puisi merupakan karya
sastra seseorang dalam menyampaikan pesan
melalui diksi dan pola tertulis. Puisi biasanya sebagai media ekspresi, mengungkapkan
suatu kondisi disekitar maupun curahan hati si penulis baik suka duka, tawa
tangis yang dialaminya.
Berikut
kumpulan puisi yang bertemakan “Harapan Untuk Bangsa” karya Pengurus Anak Cabang IPNU-IPPNU Watulimo. Selamat membaca. Semoga
bermanfaat.
ELOK YANG PENUH TANYA
By. Arga
Pria Nurhadi, email: hadimafish@gmail.com
Dibawah
baju lusuhku yang penuh debu
Diatas terik mentari yang sedang
beradu
Berpijak di atas surga yang katanya
berbumbu
Untaian semangat rinduku padamu oh…
negri ku
Janji si elit dengan
gumamnya
Seakan ini itu bisa
tertata
Untuk umat dan setiap
warganya
Keong daun bisa tertawa
dan berdansa ria
Negeri yang subur dan makmur tuan
ujarnya
Kau bilang tanah ini tanah kaya…
Kau bilang tanah ini milik kita...
Kau bilang kaya adalah fitrah kita…
Hamparan hijau sudah kau
ubah jadi pondasi
Nafas segar kami bahkan…kau ubah jadi
industri
Tetapi engkau masih anggun
duduk di tengah kebisingan kami
“ini perubahan
saudara,kita harus berubah” ujarnya
Mengharap terpenuhi janji manis
yang terucapi
Sungguh aku berdo’a lekas sembuh
ibu pertiwi
Semoga ada langkah pasti yang sudah
menanti
Hanya ada satu kata untuk salam ku
ini “TIRANI HARUS MATI”
JENJAM TEDUH
Teruntuk
Negeriku
Yang
sedari dulu jenjam nanteduh menenangkan kalbu
Sejuknya
selalu mampu menghapus segala risau
Semoga
engkau bisa kembali ke masa itu
Indah permai berseri munculnya
matahari dari pelupukmu
Bahkan sinarnya mampu membuat semua kata syukur semakin
menggebu
Menikmati sebuah perjalanan yang
penuh halu
Menepis segala rintangan dengan
tegar dan penuh haru
Hembusan
angin mengusir semua yang mengganggumu
Pohon-pohon
menjulang saling menguatkan menembus langit biru
Membuat
hati kokoh tanpa resah merombak segala
rasa dalam qalbu
Guyub
rukun bergurau tanpa ada penghalang walau sepucuk kuku
Semoga semua itu segera berlalu
Mimpiku sesederhana itu
Makhluk kecil itu membeku dengan segala doa dari penjuru negeriku
Lantas engkau bisa tersenyum menikmati hari-harimu
LEKASLAH
SEMBUH
By. Ligar
Sabta Yuli N.H, email: ligarsabta08@gmail.com
Dulu
sebelum semuanya begini
Aku
masih bisa bertemu dengan dia,
Bercanda
tawa bersama dia,
Dan
berbincang-bincang dengan dia.
Namun
kini…
Semuanya
telah berbeda
Aku
tak lagi mendengar suaranya, mendengar gelak tawanya,
Melihat
senyumnya dan tak lagi diusap rambutku olehnya
Semenjak
ada kamu di dunia ini
Keseharianku
berubah menjadi sepi
Yang
ku lihat,
Hanya
setitik awan kecil di langit
Dan
menikmati surya yang perlahan menghilang
Aku
tak dapat menikmati indahnya kota,
Hiruk
pikuknya kendaraan yang berlalu lalang
Dan
bahkan aku tak dapat lagi menikmati indahnya menimba ilmu
Lekaslah
sembuh wahai dunia ku
Aku
ingin menikmati lagi rasa hiruk pikuknya kendaraan yang berlalu lalang di
jalan,
Menikmati
sejuknya embun pagi di perjalanan,
Menikmati
betapa damainya angin malam
Lekaslah
sembuh wahai bumi pertiwiku
Aku
ingin kembali seperti dulu
Yang
selalu bersuka ria bersama dia
Aku
sangatlah rindu..
Rindu yang spontan yang demikian menjadi
rindu yang mendalam
0 Komentar